Selasa, 17 April 2012

Sinopsis Lie To Me Episode 11

"Aku sudah menikah." jawab Ah Jung.
"Tidak. Kami tidak menikah." Ki Joon menjawab bertentangan.
Bingunglah semua orang yang ada di sana. "Apa artinya ini?"

"Kami sudah menikah, tapi. . ." Ah Jung diam.
"Apakah kau sudah menikah?"

Kali ini Ki Joon yang menjawab, "Tidak, kami tidak menikah."
Ketua Chen perwakilan dari Jepang ikut berkomentar. "Keduanya sudah menikah, mereka sangat akur satu sama lain."

"Benarkah?" atasan Ah Jung berpikir, "Aku tidak menyadari hal itu, benar-benar sekarang. . . " kemudian atasan Ah Jung tertawa terbahak. "Aku telah menjalani kehidupan pernikahan selama bertahun-tahun. Hidup satu hari sebagai suami dan istri, kemudian hari lain seperti sebagai orang asing." jawabnya.
Ah Jung berhasil mengelabui mereka. Ia ikutan tertawa aneh.
Kedua belah pihak pamit untuk melanjutkan diskusi bisnis mereka.

Diskusi bisnis pun dilanjutkan..
Ah Jung pergi menemui Ki Joon. Ia ingin meminta penjelasan,
"-Kami tidak menikah?- Mengapa kau mengatakan seperti itu? Bukankah kau mengatakan padaku untuk berpura-pura menjadi menikah di depan Ketua Chen? Aku takut dia akan membatalkan investasinya denganmu, kau tau, aku benar-benar peduli tentang hal itu itu." ungkap Ah Jung.
"Kau? Tapi, bagaimana kau bisa berbohong kepada Menteri seperti itu? Berapa banyak leher yang Kau miliki?" bentak Ki Joon. Sedikit aneh liat Ki Joon marah, bukannya nyeremin malah buat ngakak.. hehe..
"Apakah Kau lupa dengan kontrak? Mengapa kau mempermalukan aku?"
Ki Joon menunjukkan surat kontrak yang masih terlipat rapi, "Ini?"
"Kau benar-benar merawat kertas itu." ucap Ah Jung.
Lalu, Ki Joon merobek-robek surat kontraknya dengan Ah Jung. "Jangan pernah berbohong tentang hal itu lagi. Hal seperti itu tidak akan terjadi lagi."
"Apa yang Kau katakan?"
"Aku tidak akan membuat dirimu berada di posisi berbohong lagi! Aku tidak peduli siapa itu di depanku. Aku hanya akan memberitahu mereka kita tidak menikah. Dan kemudian, kita akan memulai dari awal." jawab Ki Joon. Memulai dari awal tanpa adanya kebohongan, memulai dari awal dengan sebuah ketulusan.
"Apa yang harus kita mulai dari awal?" tanya Ah Jung dengan Ah Jung.
Ki Joon malah menjawab, "Karena kebohonganmu, semuanya berantakan. Tapi aku masih akan memaafkanmu untuk segalanya. Kita akan mulai dari awal lagi, anyway."
"Siapa yang memaafkan siapa?" jawab Ah Jung.. haha.

Di tempat kerjanya, rapat tengah membicarakan tentang proyek di pulau Jeju. Tentang memasukkan pulau Jeju ke daftar tujuh keindahan dunia. Harus ada satu orang perwakilan yang pergi ke pulau Jeju dan mempromosikan pulau Jeju ke duta dari beberapa negara. Karena sulitnya pekerjaan ini, engga ada satupun yang berani angkat tangan untuk menangani pekerjaan itu.
Di tempat lain, teman So Ran dan Jae Bum heboh karena So Ran tiba-tiba menghilang dan hanya meninggalkan pesan aneh.
Pesan dari So Ran yang ia tulis di homepagenya.
~Selamat tinggal semuanya. Aku akan pergi dan tidak akan kembali.~
Jae Bum panik dan ia segera meminta bantuan Ah Jung. Jae Bum mengirimkan pesan pada Ah Jung berikut screen capture dari pesan yang ditinggalkan So Ran di homepagenya.
Di tengah rapat, Ah Jung terkejut dan mulai berpikiran aneh. Pesan dari So Ran menandakan kalau So Ran bakal melakukan hal yang nekat, seperti suicide misalnya..
Karena khawatir, Ah jung segera menelpon So Ran. Di telepon So Ran bilang kalau dirinya sedang berada di pulau Jeju. Ah Jung langsung berkata, "Baiklah, jangan kemana-mana, aku pasti akan segera ke sana. Aku akan kepulau jeju."

Ah Jung menekankan kata-kata "Aku akan pergi kepulau Jeju." Sontak semua staff langsung tersenyum senang. Mereka pikir, Ah Jung bersedia untuk mengatasi projek di pulau Jeju.. haha.. Mau engga mau, Ah Jung harus menangani projek pemerintah itu.
Ki Joon benar-benar ingin memulainya dari awal, mencoba kembali mengambil hati dan perhatian Ah Jung. Ki Joon bahkan menunggui Ah jung di depan kantornya.

Ki Joon bertanya, "Mau kemana?"
"Kenapa aku harus menjawabnya."
"Aku bisa mengantarkanmu." jawab Ki Joon.
"Tidak usah.. Aku akan pergi kepulau Jeju."
Ah Jung langsung menghentikan taksi dan sama sekali engga menghiraukan Ki Joon. Bagus, Ah Jung jual mahal.. hahaa..
Ki Joon engga tinggal diam, ia segera mencari tau jadwal kegiatan Ah Jung selama di pulau Jeju, dengan bantuan Park Hoon tentunya. Semua jadwal dan alasan kenapa Ah Jung pergi ke pulau Jeju sudah didapatkan Ki Joon dengan akurat. Dan sekarang waktunya beraksi...
Ki Joon terus mengikuti Ki Joon.
"Kenapa kau di sini?" tanya Ah Jung.
"Bukankah kau bilang kau akan ke pulau Jeju? Aku di sini untuk menemanimu." jawab Ki joon.
"Menemani?"
"Ah, benar. Kau berpikir bahwa semua hal di Republik Korea Selatan hanya di lakukan oleh pihak Kebudayaan seperti dirimu saja. Kau seorang pegawai negeri yang egois. Gong Ah Jung. Gong Ah Jung. Sepertinya dipanggil Ah Jung lebih baik?"


"Tidak, terima kasih!" jawab Ah Jung dengan juteknya.
"Aku bilang aku ingin menemanimu, Ah Jung~ah. Ah Jung~ah!"
Ah Jung selalu sensitive setiap kali Ki Joon memanggilnya dengan -Ah Jung~ah- "Berisik, berisik! Coba saja memanggil aku "Ah Jung~ah" lagi!" protes Ah Jung, seraya pergi meninggalkan Ki Joon.


Tapi, usaha Ki Joon engga berhenti sampai di situ. Ki Joon berusaha menarik perhatian Ah Jung, ia memutar sebuah lagu kesukaan Ah Jung dan dengan lipsing Ki Joon menyanyikan lagu itu. haha..

Ah Jung terdiam sejenak saat mendengar lagu dan menahan tawanya saat melihat Ki Joon bernyanyi. Tapi, engga lama, ia segera pergi meninggalkan Ki Joon.

Tapi, Ki Joon terus mengikuti Ah jung. "Mengapa kau mengikuti aku di sini?"
"Aku juga akan ke Jeju. . . " jawab Ki Joon.

Karena Ki joon terus mengikuti Ah Jung, Ki joon sampai merelakan rapat pentingnya dengan para pemegang saham. Tapi, manager Park segera mengambil alih rapat itu dan melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.
Ki Joon mengikuti Ah Jung, ia ikut pergi ke jeju dengan sebuah kapal. Padahal Ki Joon sangat engga menyukai berpergian dengan kapal laut. Alhasil sepanjang perjalanan di kapal, Ki Joon kena mabuk laut. Badannya panas dingin dan mual-mual. Ah Jung memberikannya obatnya.
Sesampainya di Jeju, Ah Jung dipaksa untuk menaiki mobil mewahnya Ki Joon.
Di dalam mobil, Ki Joon berusaha membuat Ah Jung nyaman. Ia menawarkan beberapa minuman. Pertama Ki Joon menawarkan wine, tapi Ah Jung menolak.
Kedua, Ki Joon menawarkan coca-cola, Ki Joon men-shake botol cola dan hal itu mengingatkan Ah Jung dengan cola kiss mereka.
Ketiga, Ki Joon menawarkan minuman jus tomat. Kali ini, jus tomat mengingatkan Ah Jung saat pertama kali mereka bertemu di hotel World. Saat itu, Jus tomat yang Ah Jung minum tumpah dan mengotori bajunya.
Ah Jung gugup, ia langsung saja mengambil air mineral dan memaksakan diri untuk meminumnya.
Sebelum sampai di penginapan, Ah Jung dan Ki joon mampir sebentar untuk melihat pemandangan. Ah Jung berkata, "Ini terkait dengan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Aku tidak tahu apakah aku akan bisa meyakinkan mereka."


"Maksudmu tentang mereka?" tanya Ki Joon. Engga butuh jawaban dari Ah Jung, Ki Joon langsung melanjutkan kata-katanya, "Nasson, Edmund, Gadero, Takashi Kimura. Takashi Kimura. Aku mendengar kalau dia sulit untuk ditangani."
Orang-orang yang disebutkan Ki Joon tadi itu adalah orang-orang perwakilan dari beberapa negara yang datang mengunjungi Jeju. Kalau Ah Jung berhasil meyakinkan beberapa orang itu tentang keindahan Jeju, maka Jeju bakal masuk ke dalam daftar tujuh keindahan dunia.



"Bagaimana kau tahu?" tanya Ah Jung.
"Apakah Kau ingin berhubungan dengan mereka sendiri? Salah satu dari mereka saja sudah seperti masalah besar."
"Aku sudah gugup karena urusan ini, kau malah menambah beban dengan berkata seperti itu. Kau tau, alasan lain bukan karena itu, tapi karena So Ran." ucap Ah jung.



"So Ran? Apa yang terjadi dengan temanmu itu?" tanya Ki Joon.
"Sesuatu terjadi. Keduanya bertengkar karena aku, dan So Ran pergi dari rumah dan datang ke Jeju Island." jawab Ah Jung.
"Jadi itu salahmu."

Ah Jung dan Ki Joon sampai di hotel Ki Joon. Ah Jung engga berminat untuk menginap di hotel Ki Joon.
Tapi, saat Ki Joon memberikan daftar agenda kegiatan para perwakilan dari beberapa negara itu, Ah Jung langsung terdiam, dan mau engga mau, ia harus ikut menginap di hotel Ki Joon agar memudahkan pekerjaannya.
Kali ini, giliran Ki Joon yang membantu Ah Jung untuk mengatasi pekerjaannya. Ki Joon menemani Ah Jung untuk menemui para duta dari negera berbeda itu,
"Ah, apa yang harus aku lakukan?" ucap Ah Jung gugup.
"Permisi. . . Halo, halo. Maaf mengganggu kegiatan anda. Namaku Ah Jung Gong." Ah Jung memperkenalkan dirinya lalu membagikan kartu namanya. "Jadi, aku ingin merekomendasikan sebuah tempat yang baik."

Mengetahui alasan kedatangan Ah Jung dan Ki Joon, salah satu duta menjawab, "Dapatkah kita membahas tentang sesuatu yang lain? Aku tidak ingin menjadikannya beban."
"Jangan buang waktu. Ayo pergi." Ajak yang lain.
Tapi, Ki Joon berhasil mengambil perhatian mereka, terutama pada Mr. Kimura.
Ki Joon berkata, "Kimura-san. (Pak Kimura) Aku mendengar anakmu adalah penggemar TVXQ. Aku bisa memberikan tiket VIP mereka di Tokyo Show." kyaaah.. hahaha..

Mendengar tawaran Ki Joon, Mr. Kimura langsung berubah senang, "Benarkah?"
Di tempat lain, Sang Hee mendengar kalau Ah Jung sedang berada di pulau Jeju.
Sedangkan ayah Ah Jung, dengan engga adanya Ah Jung dirumah, hal itu jadi kesempatan Ayah Ah Jung buat bersama teman yang ia sukai.
Sang hee menelpon Ah Jung karena ingin mengetahui bagaimana keadaanya.
Tapi Ki Joon malah merebut handphone Sang Hee. Sang Hee terkejut kalau ternyata Ah Jung sedang bersama Ki Joon di pulau Jeju.
Masalah Ah jung dan So Ran belum beres. Ah Jung mencoba menelpon So Ran dan menjelaskan tentang hal yang sebenarnya terjadi.
Tapi, So Ran malah mendramatisir keadaanya. Ia berkata pada Ah Jung bahwa dirinya akan bunuh.
Untung saja, Ah Jung berhasil menemukan So Ran. So Ran bukannya bunuh diri, tapi hanya menceburkan diri ke dalam kolam renang untuk berenang.. haha.
"Kau ini bodoh." Ah Jung kesal, karena dibodohi So Ran.
"Aku mungkin saja mati saat berenang karena kram." jawab So Ran tanpa rasa bersalah.


So Ran langsung bertanya, "Kau masih menyukai Jae Bum kan? Jangan berbohong Ah Jung."
"Tidak, tidak. Demi ayahku, aku tidak berbohong, kau tau, aku sudah memiliki orang laing yang aku suka. "

Dan orang yang disukai Ah jung langsung datang menghampiri.. hihi.....
Bibi Ki Joon mengadakan pertemuan dengan keluarga Yoon Joo, pertemuan karena bisnis bukan hal yang lain.
"Aku mendengar bahwa Presiden Hyun berhasil melakukan kerja sama dengan Ketua Chen dari China?" tanya Ayah Yoon Joo.
"Itu benar. Walaupun Hyun Ki Joon mengaku sangat percaya diri. Masih banyak kekurangan tentang ini."
"Ayah Kau akan membantu nya, kan?" tanya Yoon Joo.

"Jadi hubungan kalian sudah resmi?" tanya So Ran saat mereka makan malam bersama.
Mendengar hal itu, Ah Jung tersedak minuman yang tengah ia minum. Ki joon langsung membantunya, memberikan tissue "Hati-hati.. "
So Ran kembali iri karena Ki Joon sangat perhatian pada Ah Jung. Tapi, So Ran langsung teringat hubungan Ki Joon dengan Yoon Joo. So Ran bergumam dan tersenyum, "semua lelaki sama saja..."

Malam harinya, balkon kamar Ki Joon dan Ah Jung berdekatan.
Ki Joon ingin mengetahui apa yang sedang dilakukan Ah Jung. Tapi, ternyata Ah Jung malah keluar dari kamar. Mereka saling berbicara dari balkon yang jaraknya engga berjauhan.
"Hyun Ki Joon. Dapatkah aku menanyakan sesuatu?" tanya Ah Jung.
"Apa?"
"Apakah Kau benar-benar. . . datang ke sini karena aku?" tanya Ah Jung.

Ki Joon menjawab, "Tidak, aku datang ke Jeju karena diriku sendiri. Aku tidak bisa fokus pada apa pun. Aku sangat merindukanmu dan itu sangat mengganggu."
Ah jung tersenyum tipis mendengar jawaban Ki Joon.
"Apakah semua wanita seperti itu? Terobsesi menemukan orang yang lebih baik daripada teman-teman mereka. . . Mengenal orang lain karena status sosial, yang akan mengangkat status sosial mereka." tanya Ki Joon.
"Apakah Kau juga berpikir bahwa aku seperti itu?"
"Jika tidak, lalu apa?"
"Aku hanya kesal melihat temanku mendapatkan yang lebih baik." jawab Ah Jung.
"Mungkin itu. Karena temanmu mencuri cinta pertamamu, Kau mengarang kebohongan bahwa kita menikah , karena alasan itu? Aku hanya ingin tahu apakah ada alasan lain, jadi aku bertanya." jawab Ki Joon. "Aku harus bangun pagi-pagi besok, kau tahu kan? Aku akan masuk dulu.."
Malamnya, Ah Jung sama sekali engga bisa tidur. Ia terus memikirkan kata-kata Ki Joon. ~Aku hanya ingin tahu apakah ada alasan lain, jadi aku bertanya.~ Tentu aja ada alasan lain, alasan lainnya karena perlahan Ah Jung mulai menyukai Ki Joon.
Ah Jung mengikuti Ki Joon, melakukan semua schedule yang sudah ditetapkan dengan para duta.

"Kami mungkin harus bermain beberapa putaran lain." ucap Ki Joon.
"Jadi berapa lama aku harus menunggu? Aku tidak punya waktu lama!" jawab Ah Jung.
"Saat seorang pria bertemu dengan seorang wanita, berapa lama waktu yang diperlukan? Apakah mereka langsung segera menikah? Itu sama dengan taktik dalam bisnis. Setelah mereka bertemu, mereka minum, makan, nonton film, kemudian berciuman. Ini bukan belum saatnya untuk berciuman." jawab Ki Joon.
"Kenapa dia harus menggunakan istilah-istilah sugestif seperti itu? Minum, makan, nonton film, ciuman." Ah Jung berpikir lama.. haha..
Yoon Joo pergi menemui Sang Hee.
"Kau di sini. . . karena Kau tidak dapat menghubungi Hyung, kan?" tanya Sang Hee.
"Apakah ia tidak menjawab panggilanmu juga?" tanya Yoon Joo.

"Tidak. Lebih baik jika hyung tidak menjawab panggilan darimu. Hyun Ki Joon Hyung. . . sekarang di Pulau Jeju."
"Pulau Jeju?" Yoon Joo sedikit terkejut.
"Dengan Gong Ah Jung."
"Cepat, katakan sesuatu!" pinta Ah Jung, tiba saatnya untuk Ah Jung mempromosikan Jeju di dean para duta.
Ki Joon berkata dengan menggunakan bahasa jepang, "permainan golf Hari ini sangat menyenangkan."
"Permisi. Aku ingin mengatakan sesuatu. Cepat, terjemahkan kata-kataku." kata Ah Jung pada Ki joon.
"Apa maksudmu?" Ki Joon akhirnya menerjemahkan kata-kata Ah Jung ke dalam bahasa Jepang. "Aku tahu bahwa kalian semua sangat sibuk. Dalam rangka untuk meninjau proyek. Aku tahu kau telah bekerja begitu keras. Aku akan sangat berterima kasih jika Kau bisa memberikan kami waktu."
"Aku tahu kau ingin mempromosikan Jeju Island. Bisakah berikan aku satu kata untuk menggambarkan Pulau Jeju?" tanya tuan Kimura.
Ki Joon berbisik pada Ah Jung, "Apa yang akan Kau lakukan? Dia meminta satu kata untuk mendeskripsikan Pulau Jeju."
Ah jung menjawab, "Jeju Island. . . adalah seperti seorang ibu."
"Apa yang kau katakan masuk akal?" protes Ki Joon.
"Terjemahkan saja cepat." suruh Ah jung.
Ki Joon menerjemahkannya ke dalam bahasa Jepang pada Mr. Kimura. "Pulau Jeju adalah seorang ibu."
"Ibu?"
"Mengapa? Dia bertanya mengapa?" ucap Ki Joon pada Ah Jung.

"Jeju Island. . . Ibu. . . abalone ini. Di Jeju merupakan salah satu makanan lezat. Sebagian besar abalone ini diambil dari laut di Jeju Island, karena perempuan pada saat itu berjuang keras dengan semua resiko yang akan mereka dapat untuk mengumpulkan abalone-abalone ini dari dalam laut. Tidak ada peralatan menyelam yang digunakan, dan mereka bergantung pada tubuh mereka sendiri untuk menangkap abalone ini." ucap Ah Jung.
Para duta itu terus memperhatikan Ah Jung, "Jika Kau ingin menangkap abalone besar, para wanita laut harus tahan memakai di dalam air, tidak peduli apapun. Dalam proses penangkapan ikan dan pencarian abalone, banyak dari mereka yang mati. Apakah Kalian ingin bertanya mengapa mereka terus melakukannya? Karena mereka harus membesarkan anak-anak mereka. Meskipun hidup mereka dalam bahaya, mereka juga harus membesarkan anak-anak mereka. Bahkan jika ibu sendiri tidak bisa makan, mereka akan melakukan apapun untuk anak mereka. Tiga hal yang sangat indah di pulau Jeju adalah Angin, batu dan perempuan. Aku tidak punya ibu. Jadi, setiap kali aku pergi ke Jeju Island. Aku selalu berpikir tentang ibuku." jelas Ah Jung panjang lebar.


"Aku mengerti sekarang. Sekarang, kita memahami satu hal lagi tentang Jeju Island. Bahkan setelah berkeliling dunia, berada di negeri yang penuh kebanggaan, seperti yang kau jelaskan, benar-benar sesuatu yang aku belum pernah menemukannya sebelumnya." jawab Mr. Kimura yang terlihat puas dengan deskripsi yang diberikan oleh Ah Jung.
Ah Jung dan Ki Joon berjalan-jalan disekitar hotel, "Bagimu, Jeju Island seperti pelukan seorang ibu. Aku sangat iri! Padahal, Aku hanya ingin kau memikirkan aku ketika di Jeju Island. Ceritakan beberapa hal tentang ibumu?" kata Ki Joon.
Ah Jung menceritakannya, "Ketika aku duduk di kelas III, dia sakit. Setelah kematiannya, Ayah dan aku harus bekerja keras."
"Lalu?"
"Aku tidak ingin membiarkan ayah mengetahui tentang perasaan sedihku. Jika aku melakukan itu juga.. . Maka ayah akan merasa sangat kesulitan."
"Apakah itu sebabnya kau begitu berani dan mandiri seperti ini!?" tanya Ki Joon.


" Bagaimana denganmu? Sombong, selfish dan sarat dengan kebanggaan. Lau bagaimana dengan kehidupanmu?" Ah Jung berbalik tanya pada Ki Joon.
"Sekarang aku berpikir tentang hal itu, Kami tidak tahu banyak tentang kehidupan saat itu. Saat aku berumur 11 tahun, ayah meninggal dunia. Ibu meninggal dunia 2 tahun setelah kematian ayah. Pada waktu itu Sang Hee baru berumur 5 tahun. Meskipun sulit untuk kami berdua untuk menahan rasa sakit itu. Tapi, tampaknya kami benar-benar bisa menjalani semuanya begitu cepat.Mungkin karena Bibi yang merawat kami. Pasti sangat menyakitkan."

Ah Jung kelelahan dengan semua aktifitasnya, ia berbaring di sofa. Dan engga lama, Ki Joon langsung menelponnya, "Apa lagi?" Ah jung sedikit kesal, ia sudah lelah tapi Ki joon masih saja menelponnya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Ki Joon.
"Aku sangat lelah, jadi aku berbaring di sofa."

Tanpa diketahui Ah Jung, Ki Joon sudah menyiapkan kejutan untuk Ah Jung.
"Ada ruangan di belakang sofa, kan? Masuk ke sana." suruh Ki Joon.
"Aku sudah sangat lelah, apa yang kau lakukan?"
"Cukup masuk ke sana dan melihat di dalamnya."

"Ok, aku tahu. Aku masuk, berjalanlah empat langkah ke kanan." suruh Ki Joon.
"Ya ampun, sebenarnya ada apa."
"Cepat, berjalanlah empat langkah."
"Ok, aku tahu. ,,,, "

"Buka lemari pakaian di sisi kanan." pinta Ki Joon.
"Lemari." Ah Jung membuka lemari itu, dan terkesima dengan gaun indah yang ada di hadapannya.
"Kau telah melakukan pekerjaan yang besar hari ini! Jadi, kita harus merayakan, kan? Pakailah itu dan keluar. Aku benci menunggu orang. Jadi cepat!" suruh Ki Joon.


"Cheers! Kau telah bekerja keras. . . dan melakukan pekerjaan yang besar. Hari ini, kau sangat cantik." puji Ki Joon.
"Mengapa Kau tiba-tiba seperti ini?" tanya Ah Jung.
"Ini pujian. Dan aku bersungguh-sungguh."
"Hari ini, kalau bukan untuk Kau, Hyun Ki Joon, aku tidak mungkin bisa bertemu dan menyelesaikan semuanya dengan baik. Bahkan sekarang, kita masih belum tahu tentang keputusan mereka. Tapi, kita sudah lebih dulu merayakannya. . . " jawab Ah Jung.
"Tidak, Hasilnya tidak lagi penting. Hari ini, Kau benar-benar melakukan yang terbaik." jawab Ki Joon.
Ah Jung mengatakan sesuatu, "Kemarin, tentang apa yang Kau katakan padaku di Balkon, aku terus memikirkan hal itu. Pada awalnya, itu hanya untuk balas dendam terhadap temanku yang mencuri cinta pertamaku. Tapi tidak seperti itu lagi kali ini. Aku merasa bahwa aku hanya mempedulikan tentang diriku sendiri. Aku benar-benar minta maaf."
"Aku juga salah. Untuk memenuhi tujuanku, aku memanfaatkanmu untuk kepentinganku sendiri." jawab Ki Joon.
"Ketika Kau merobek-robek perjanjian kontrak itu, aku bisa merasakan ketulusanmu. Di depan Chief Executive, ketika Kau bilang kau menikah denganku, aku bisa merasakan ketulusanmu juga." ungkap Ah Jung.
"Kemudian, kita. . . Sekarang, mari kita lupakan tentang masa lalu. mulai dari awal lagi? Aku akan melakukan yang terbaik, untuk mendapatkan kepercayaanmu." KI Joon membuat janji.
"Terima kasih." Ah Jung tersenyum manis..

Dan dari kejauhan.. Yoon Joo melihat bagaimana Ki Joon memperlakukan Ah Jung.

0 komentar:

Posting Komentar